BangkaNews.id Pangkalpinang - Kue Phang Ciang atau yang dikenal dengan ( thong che/ kembang gula ), makanan khas bangka yang di kelola oleh keturunan tionghoa.Rabu, 14/2/2018.
Salah satu jenis kuliner Jaman Old, yang mulai sulit ditemui untuk perayaan Imlek, untuk kali ini masih bisa ditemukan di Desa Benteng, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.
Makanan khas ini, diperkirakan sudah masuk ke Tanah Air sejak abad ke-18, seiring kedatangan para pekerja tambang dari daratan China ke Pulau Bangka.
Kue Pang Chiam-Thong Che atau kue kembang gula diproduksi dalam jumlah terbatas, dengan proses pembuatan yang cukup panjang. Di pasaran, kue ini mulai tersisihkan dengan munculnya beragam Kuliner Jaman Now.
Setiap hari dari Pukul 10 pagi, Aho sudah siap untuk berkeliling menjajakan jualananya.
“Pembuatan kue Pang Chiam diawali dengan pembuatan kembang gula. Yang cara memprosesnya adalah, gula pasir yang telah dicampur dengan air dimasak hingga membuat adonan jadi mengental,” katanya.
Aho mengungkapkan, dibutuhkan waktu hingga satu jam lamanya, sampai adonan gula siap untuk dibentuk dan dihidangkan.
“Diperlukan keterampilan khusus karena adonan yang sudah mengental diolah saat kondisinya masih panas,” kata Aho.
Adonan kemudian dibuat tipis memanjang sampai akhirnya dingin dan membeku. Kembang gula pun akhirnya jadi dan siap untuk dipotong-potong.
Setelah kembang gula terbentuk, proses selanjutnya dengan membuat kulit lumpia. Sekilas bahan yang digunakan mirip dengan adonan untuk pembuatan martabak. Hanya saja untuk lumpia ini tepung terigu diolah lebih padat dan dioleskan tipis-tipis pada alat masak yang telah dipanaskan.
Kue Pang Chiam selanjutnya disajikan dengan kulit lumpia sebagai pembungkus yang di dalamnya terdapat kembang gula dan butiran kacang yang telah dihaluskan bersama gula merah.
Salah satu anggota keluarga pewaris Pang Chiam, Kim Cun (55), mengatakan, nama kue Pang Chiam berasal dari permainan Pang Chiam. Permainan ini menggunakan media batangan kayu bulat, yang dikocok menggunakan tabung dan ditarik secara bergantian.
Setiap batang kayu yang ditarik, memiliki arti dan makna berbeda, sekaligus menandai keluarga yang berhak untuk mencicipi kue terlebih dahulu.
“Disebabkan proses pembuatannya yang cukup rumit, hanya tinggal beberapa keluarga saja yang menyediakan Pang Chiam Tong Che dalam acara silaturahmi menjelang Imlek,” ujarnya.
Sementara bagi Ma Chun Ho sendiri, keahlian membuat kue Pang Chiam menjadi usaha sampingan, selain bekerja sebagai montir barang-barang elektronik.
Bapak tiga anak ini, biasa berkeliling untuk menjajakan kue Pang Chiam, ke sejumlah lokasi yang sudah menjadi langganan (Gy)


Komentar Anda